Wednesday, May 10, 2006

Medan Magnet Pemicu Resah di SMUN 2


April 12, 2006

Sejak 1989, tercatat 20 guru SMA Negeri 2 Sidoarjo, menderita aneka penyakit, bahkan enam di antaranya mati dalam usia relatif muda. Mayoritas perempuan dan disergap kanker payudara. Para guru percaya, pemicunya adalah medan magnet bawah tanah di kompleks sekolah. Benarkah?
Segala keresahan guru-guru SMAN 2 Sidoarjo itu memuncak pada sebuah surat buat Kepala Dinas Pendidikan Sidoarjo. Perihalnya adalah permohonan relokasi gedung sekolah, tertanggal 3 April 2006. Ini berarti delapan hari setelah kematian guru SMAN 2, Dra Endang Indrawati, dalam usia 47 tahun karena kanker kelenjar endokrin. Endang adalah guru keenam yang mati sejak 1989, sedangkan SMA 2 berdiri sejak 1987.Guru SMAN 2 yang mati pertama adalah Dra Asmaningsing tahun 1989, kedua Erning Suparti Tamsi SH tahun 1998 dan ketiga Dra Endang Suhartuti tahun 1998. Semuanya disebutkan menderita kanker payudara. Guru yang mati berikutnya Drs Harjono Hardjowarsito pada 2001 karena kanker naso faring dan Drs Alexander Subiyanto pada 2005 karena stroke. Daftar nama enam guru yang mati dan 14 guru lainnya yang sakit mulai asam urat, diabetes melitus sampai tumor itu dilampirkan dalam surat tanggal 3 April tadi."Saya tidak bermaksud membesar-besarkan tapi memang kenyataannya demikian," kata Kepala SMAN 2, Dra Titik Sunarni MPd, kepada Surya, Rabu (12/4). Titik pula yang meneken surat permohonan relokasi gedung itu bersama Ketua Komite Sekolah Drs Badjuri. Tapi surat itu sampai ke tangan wartawan melalui anggota DPRD Sidoarjo dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Helmi Musa. Politisi ini mendapatkannya saat menjaring aspirasi masyarakat selama masa reses, pekan lalu.Pada surat itu, Titik Sunarni tak mencantumkan masalah kematian enam guru tadi pada urutan pertama alasan permohonan relokasi. Alasan pertamanya justru soal luas lahan sekolah yang cuma 0,8 hektare, padahal idealnya satu hektare. "Pada musim penghujan, lingkungan sekolah sering dilanda banjir. Hal itu sangat mengganggu kegiatan belajar mengajar," demikian alasan kedua dalam surat Titik.Nah, baru pada butir ketiga, Titik menguraikan keresahan guru-guru soal isu medan magnet bawah tanah yang berdampak buruk bagi kesehatan. "Lebih-lebih dibuktikan dengan jatuh sakitnya guru-guru dan bahkan berakibat pada kematian," tulisnya. Titik melengkapi pula dengan laporan penelitian tim ahli geofisika dari Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 2001. "Penelitian itu atas permintaan Pemkab Sidoarjo. Saya tidak tahu persis teknisnya karena baru dua tahun di SMAN 2. Tapi, katanya, penelitian itu menunjukkan bahwa tidak ada apa-apa di sana," ujar Titik Sunarni.Laporan itu memang memuat data-data dan keterangan teknis seperti peta kontur bawah tanah di lokasi sekolah seluas 800 M2, mengacu pada metode pengukuran Selp Potensial dan metode Magnetik. Penjelasannya bersifat teknis, baik data maupun keterangannya.Tapi inilah kesimpulan lengkapnya; "Dari hasil pengukuran menggunakan metoda geofisika Selp Potensial (SP), menunjukkan bahwa daerah sekitar lokasi SMAN 2 Sidoarjo terjadi adanya anomali potensial (terlihat pada gambar kontur sebaran Isopotensial), akan tetapi anomali ini berbentuk sheet body, bukan berupa pola yang memanjang satu jenis. Sehingga dengan adanya anomali ini diduga bukan terjadi adanya pola aliran air bawah tanah dan kecenderungannya anomali ini diduga berasal dari kabel ground di sekitar lokasi SMAN 2 Sidoarjo." Sedangkan kesimpulan atas metode magnetik menunjukkan, "Harga medan magnetik yang normal atau tidak terjadi adanya anomali yang cukup mencolok, sehingga pada metode magnetik ini tidak terjadi tanda-tanda anomali medan magnet."Menanggapi surat itu, Kepala Dinas Pendidikan Sidoarjo, MG Hadi Soetjipto, menyatakan, pihaknya akan meminta penjelasan lebih lanjut soal hasil penelitian itu ke ITB. "Kalau soal usulan relokasi, boleh-boleh saja tapi kan tidak mudah. Perlu biaya besar," katanya. Soetjipto pribadi tidak yakin ada hubungan antara penyakit dan kematian para guru dengan isu medan magnet. "Dari sisi akal meragukan juga. Saya kira itu karena kebetulan-lebetulan saja," katanya. Kendati demikian, para guru telanjur percaya sebaliknya.Kepercayaan yang hidup di antara mereka adalah bahwa lokasi medan magnet itu terletak di bawah ruang guru yang sekarang dijadikan ruang media berisi komputer, VCD dan peranti teknologi lainnya. Ruang itu kemarin terlihat digunakan murid-murid untuk kegiatan ekstra kurikuler. Tidak ada tanda-tanda kecemasan di antara mereka. Padahal, para guru percaya, medan magnet di bawah ruang itulah yang dulu menggerogoti daya tahan tubuh para guru.Kenyataan bahwa saat itu tidak ada murid yang pernah sakit macam-macam, apalagi sampai mati, semakin menguatkan kecemasan para guru. Tapi bukankah ada dua guru yang mengajar di SMAN 2 sejak berdiri dan segar bugar hingga kini? "Tidak juga. Bu Oemi (Oemiyati) juga pernah operasi (kanker rahim). Saya pernah kena thypus dan kolesterol tinggi. Saya yakin itu karena pengaruh medan magnet," kata guru ilmu sejarah SMAN 2 sejak 1990, Achmad Muyasir kepada Surya, kemarin.Kepercayaan ihwal medan magnet ini semakin berkembang karena ada tiga ruang yang lantainya lekas rusak. Tiap tahun diganti keramik baru, tiap tahun pula rusak lagi. Helmi Musa yang menerima laporan dari para guru, juga percaya pada keyakinan versi ini. "Suasana ruang kelas yang lantainya gampang rusak itu, saya rasakan memang lain," katanya. Helmi lantas berniat menanyakan pengaruh medan magnet terhadap penyakit itu kepada dokter kenalannya.Tapi dugaan soal penyebab kerusakan lantai itu terbantah oleh perkiraan Karmadi, 54, tukang kebun SMAN 2 sejak berdiri 1987. "Bukan itu masalahnya. Kalau lantai cepat rusak itu karena pemadatan tanah di bagian situ tidak sempurna. Dulunya kan sawah," tepis Karmadi.Tukang kebun yang tinggal di kompleks sekolah ini menepis satu hal tapi juga mengajukan hal lain yang lebih musykil. Ia percaya, kematian demi kematin guru SMAN 2 akibat sekolah "tidak pernah izin" kepada makam sesepuh Dusun Kuthuk, Kelurahan Sidokare, yakni mendiang Haji Zakaria dan Siti Fatimah. Makam keduanya tak jauh dari lokasi sekolah. "Saya sebetulnya sudah usul supaya ditanam dua pohon beringin dan diadakan ritual tapi tidak ditanggapi," ungkapnya.
Selain Karmadi, ada lagi tukang kebun bernama Suratman yang juga tinggal di kompleks sekolah. "Saya sudah 13 tahun di sini dan sering ke ruang guru mengantarkan minuman. Bukannya berharap, sampai sekarang ya seger waras seperti ini," kata Fatimah, istri Suratman. Pasangan Suratman-Fatimah ini punya dua anak. “Semuanya sehat,” pungkasnya.
Murid-murid tak PercayaMurid-murid SMAN 2 Sidoarjo justru menepis kepercayaan guru-guru mereka soal isu medan magnet di sekolah yang berdampak buruk pada kesehatan, hingga enam guru meninggal karena terserang kanker sejak 1989. Dari diskusi kecil Surya dengan sembilan murid SMAN 2, Jumat (14/4), semuanya mengaku tak percaya pada isu itu. Argumen mereka macam-macam tapi seluruhnya menafsirkan peristiwa penyakit dan kematian para guru itu dengan hal-hal yang rasional. "Saya tidak percaya medan magnet mengakibatkan kanker. Kalau uranium, memang iya," ujar Maulidin, murid kelas II jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Maulidin paham bahwa uranium merupakan salah satu bahan bom yang memiliki efek buruk pada kesehatan.Lalu, bagaimana kira-kira uranium bisa ada di kompleks SMAN 2? Seorang murid bernama Arsyida, juga kelas II jurusan IPA, menyodorkan teori tentang lahan SMAN 2 yang menjadi tempat lalu-lalang serdadu Belanda. "Cerita yang saya dapat begitu. Bisa jadi, di bawah tanah sekolah ini ada amunisi Belanda," katanya.Teori Arsyida ini tentu saja spekulatif karena belum ada penelitian yang menguatkan soal amunisi di SMAN 2. Namun, satu hal yang layak dihormati adalah pikiran bebas murid-murid untuk tidak menghubungkan penyakit dan kematian dengan hal-hal klenik. Itu sebabnya, mereka tertawa kecut membaca pendapat tukang kebon SMAN 2, Karmadi (Surya edisi 13 April) yang mengaitkan kematian para guru dengan makam sesepuh Dusun Kuthuk, Kelurahan Sidokare. "Itu mitos, tidak layak dipercaya. Semakin mitos itu dipercayai, semakin terkabulkan. Ada kan haditsnya soal itu," tukas Rahmawati Ilmania, murid jurusan IPA. Murid berjilbab ini kemarin bersama delapan temannya sesama aktivis Sie Kerohanian Islam SMAN 2 mempersiapkan dekorasi panggung perayaan Maulud Nabi Muhammad SAW, Sabtu (16/4) hari ini.Ilmania bukan hanya menepis mitos makam tapi juga isu medan magnet penimbul kanker. Nia sangat yakin, kematian demi kematian itu kebetulan belaka. "Saya malah dapat info, ada guru yang sudah sakit kanker sebelum ke mengajar di sini," terangnya tanpa menunjuk identitas si guru. Demi menguatkan penolakannya terhadap kepercayaan versi para guru, Ilmania bahkan menyebutkan, penyakit kanker lebih dipengaruhi faktor makanan. Tapi, tidakkah mereka ingin melakukan penelitian seputar kebenaran medan magnet itu? "Wah, itu perlu alat yang canggih, kami tidak bisa," tukas Ilmania.Lazim diketahui, medan magnet memang dapat timbul dari sistem instalasi listrik maupun peranti seperti lemari pendingin, air conditioner, kipas angin, pompa air, televisi dan komputer. Situs elektroindonesia.com menyebutkan, bumi secara alamiah juga mengandung medan listrik antara 100-500 V/m dan medan magnet antara 0,004-0,007 mT. Medan listrik dan medan magnet termasuk kelompok radiasi non-pengion. Radiasi ini relatif tidak berbahaya, berbeda sama sekali dengan radiasi jenis pengion seperti radiasi nuklir atau radiasi sinar rontgen.Seperti diberitakan, masalah medan magnet ini mencuat setelah Kepala SMAN 2 Titik Sunarni dan Ketua Komite Sekolah, Badjuri, mengirim surat resmi kepada Pemkab Sidoarjo supaya sekolahnya direlokasi. Salah satu alasannya soal isu medan magnet yang memicu kanker, bahkan mengakibatkan kematian enam guru sejak 1989 dan 16 lainnya menderita aneka rupa penyakit. Padahal, sebuah tim dari geofisika Institut Teknologi Bandung (ITB) sudah menyimpulkan bahwa tidak ada anomali medan magnet di sekolah itu. Tim ini juga menepis dugaan bahwa di bawah tanah sekolah itu ada pertemuan arus air yang besar. Masalahnya, tim tersebut menghubungkan adanya anomali selp potensial dengan kabel ground yang mungkin ada di sekotar SMAN 2.

Wednesday, May 03, 2006

RPJMD dan 3 Langkah Perbaikan (Kawilda I)


Mengawal RPJMD 2005-2010 Kabupaten Sidoarjo dengan Frame 3 langkah Besar Perbaikan Kota

Dalam surah An-Nuur ayat 55 seperti disebutkan di atas, pemimpin atau penguasa yang beriman dan beramal saleh – dengan bimbingan Allah SWT – mengamalkan 3 (tiga) langkah besar untuk melakukan perbaikan kehidupan secara total.
Langkah Pertama:Pertama, Tamkin ad-diin, atau mengokohkan kembali nilai spiritual dan ajaran sebagai orientasi dan pedoman kehidupan semua warga masyarakat. Agar Pembangunan Kabupaten Sidoarjo ini tidak membuat kita semakin jauh dari keridhoaan Allah SWT, bahkan na'udzu billah semakin menyimpang dari koridor Allah, maka kita harus senantiasa mengingatkan prinsip-prinsip dasar dalam mengembangkan masyarakat kita. Agama mengajarkan prinsip dasar bahwa manusia dan kehidupan alam semesta ini berasal dari Allah Sang Pencipta, dan diadakan untuk tujuan mengabdi kepada-Nya. Agama juga menunjukkan kepada manusia jalan-jalan untuk mengelolah kehidupan sesuai dengan yang dikehendaki Sang Pencipta dan Pengatur kehidupan alam semesta raya ini. Dengan begitu, agama menjadi sumber moralitas dan perilaku yang benar dan baik bagi warga masyarakat, termasuk semua pemimpinnya. Inilah yang sungguh-sungguh mulai lenyap dari jagat kehidupan penduduk negeri ini, tidak terkecuali di Kabupaten Sidoarjo.“….Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal didalamnya.” (QS. Al-Baqarah: 38-39).
Langkah Kedua:Kedua, , Tabdil Al-hayah, atau melakukan perubahan total dan radikal terhadap berbagai aspek mendasar kehidupan. Kekuasaan memiliki amanah untuk melakukan memakmurkan bumi, sehingga semua penduduknya merasa aman dan sentosa hidup didalamnya.Ini adalah landasan ke dua dalam rangka melakukan upaya perbaikan di Kota kita tercinta ini. Kalau tidak, maka kita akan menjadi kelelahan dalam proses perubahan dan perbaikan tampa ujung dan tanpa hasil, yang bisa jadi akan mendatangkan sikap frustasi dalam membangun kota ini.“….Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuahn selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dan bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurannya….” (QS. Huud: 61).Pemakmuran kehidupan di bumi berpijak pada prinsip pendayagunaan semua sumberdaya yang Allah berikan dan tundukkan bagi manusia, tanpa dirasuki motif untuk melakukan perusakan di dalamnya.“Tdaklah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan menyempurnakan untukmu rahmat-Nya lahir dan batin. Dan diantara manusia ada yang membantah (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa kitab yang menberi penerangan.” (QS. Luqman: 30)Prinsip pendayagunaan yang tidak merusak berjalan ketika manusia menggunakan rasionalitas akalnya, yang menjadi kelebihan atau keistimewaan di hadapan mahluk-mahluk lain yang Allah ciptakan hanya akan melahirkan manusia-manusia rakus dan perusak yang bekerja hanya untuk hawa nafsu durjananya.Pada saat bersamaan, rasionalitas akal pikiran dalam mendayagunakan semua potensi sumberdaya untuk memakmurkan kehidupan, harus diikuti dengan sikap moral mental yang senantiasa mensyukuri semua hasil dan nikmat yang didapatkan. Karena sikap mental (mental model) semacam inilah yang mampu meningkatkan kemakmuran dan menambah rizki dari Allah SWT.“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7)Sikap mental syukur nikmat ditandai dengan suburnya rasa solidaritas sosial terhadap kaum fakir-miskin dan dijauhinya perilaku berlebihan dalam urusan materi,atau perilaku mubazir, karena inilah wujud perilaku buruk syaitan.“ ...Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adlah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada tuhannya.” (QS. Al-Israa: 26-27)Prinsip dasar berikutnya dari tabdil al-hayah adalah adil, yaitu rekonstruksi kehidupan ekonomi,polotik, hukum, sosial, dan budaya harus diwarnai prinsip keadilan yang dirasakan oleh para penduduk negeri. Prinsip keadilan ini mensyaratkan adanya permasalahan yang utuh dan mendalam terhadap berbagai permasalahan kehidupan, diikuti sikap tegas dan jelas dalam mengambil kebijakan yang berorientasi kepada kemaslahatan dan mengatur secara kuat semua proses kehidupan masyarakat tanpa terkecuali.“…Berlaku adil-lah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa, dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Maaidah: 8)
Langkah Ketiga:Ketiga, Ri`ayah Al-mashalil Al-ijtima`, atau memelihara potensi kebaikan masyarakat. Salah satu pintu kehancuran kehidupan sebuah negeri adalah ketika para pemimpin dan penduduknya tidak mau dan tidak mampu memelihara semua potensi yang telah memiliki dan dibangunya. Justru sebaliknya, terjadi penghancuran secara sistematis dan masif, tanpa mereka sadari. Kalau kita tidak ingin bahwa ke depan Sidoarjo menjadi lebih hancur dan tidak memberikan harapan bagi generasi penerusnya, maka kita harus ingat prinsip dasar yang dipesankan oleh ALlah SWT. Allah mengingatkan manusia tentang orang-orang yang mengadakan sesuatu yang dipandang baik, tetapi kemudian mereka merusaknya sendiri lantaran tidak mampu memeliharanya.“…Dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah, padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka, tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridhaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. Maka Kami berikan kepada orang-orang yang beriman di antara mereka pahalanya dan banyak di antara mereka orang-orang fasik.” (QS. Al-Hadid: 28)Memelihara potensi kebaikan masyarakat Sidoarjo pada hakikatnya adalah sikap hidup seluruh penduduk Sidoarjo beserta para pemimpinnya untuk berpegang teguh pada nilai-nilai kebenaran, menjauhi segala hal yang bisa merusak dan selalu menegakkan amar ma`ruf nahi munkar.“….orang-orang yang jika Kami teguhkan kekuasaannya di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma`ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan Allah lah kembali semua urusan.” (QS. Al-Hajj: 41).Inilah “Tiga Langkah Basar” (Three Big steps) untuk melakukan perbaikan kehidupan yang sebelumnya sudah porak-poranda di Kabupaten Sidoarjo ini. Berbagai Program yang telah ditetapkan dengan Perda APBD 2006 Kabupaten Sidoarjo akan tidak banyak berarti kecuali perubahan fisik semata, jika kita tidak mengawal perjalanan program-program APBD dengan semangat tiga langkah besar ini. Tiga langkah ini akan melahirkan kembali iklim “iman dan taqwa” pada penduduk Kabupaten Sidoarjo ini dan pada para pemimpinnya, sebagai syarat terbukanya pintu-pintu keberkahan hidup dari Allah SWT, Dzat Yang Maha Kaya.“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berhak dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan ayat Kami itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A`raaf: 96).Inilah pandangan dasar yang kami pakai dalam keterlibatan dan partisipasi mengawal pembangunan Kabupaten Sidoarjo ini, sebagai kekuatan dakwah Islam yang mengemban tanggung-jawab untuk menyelamatkan kehidupan dan membangunnya kembali sebagai “hayatun thayyibah”, atau kehidupan yang baik (good quality of life) Sidoarjo. Para pemimpin dan penduduk Kabupaten Sidoarjo dan umumnya negeri ini, hendaknya memperhatikan Allah SWT yang amat keras:“Dan apakah belum jelas bagi orang-orang yang mempusakai suatu negeri sesudah (dihancurkan) penduduknya, bahwa kalau Kami menghendaki tentu Kami akan adzab mereka karena dosa-dosanya; dan Kami kunci mati hati mereka sehingga mereka tidak dapat mendengar (pelajaran lagi)?” (QS. Al-A`raaf:100).

Kasus SPBU

Jawa Pos, Kamis, 27 Apr 2006


Dewan Dilobi agar Melunak SIDOARJO -
Sikap kencang kalangan dewan mempersoalkan pendirian SPBU Jalan Pahlawan diuji. Ada lobi-lobi khusus agar mereka melunak dan meloloskannya dalam pertemuan dengan eksekutif hari ini. "Saya ragu bisa terus," ujar salah seorang anggota Komisi A DPRD Sidoarjo kepada Jawa Pos. Dia menyebut kasus SPBU Jalan Jenggala, yang sempat diprotes dewan, tapi tak mempan. "Saya khawatir, ketika kami kenceng mempermasalahkan, ternyata ada anggota lain yang mengeksekusi," ungkap dia. Mengeksekusi adalah istilah di dewan untuk mengail di air keruh. Agenda pertemuan dewan dengan dinas terkait perizinan SPBU Jalan Pahlawan hari ini dihadiri, antara lain, Dinas Perizinan dan Penanaman Modal (DPPM), Dishub, Dinas PU Cipta Karya, Dinas PU Bina Marga, dan Bappekab. Lobi-lobi itu tak membuat anggota Komisi A Amrullah El Hadi surut. Anggota dewan yang pertama mengungkap keganjilan izin SPBU Pahlawan menegaskan tak akan meloloskan, demi kepentingan masyarakat. Kasus SPBU Jenggala, lanjut dia, lolos karena waktu itu terjadi pergantian periode anggota dewan dari 1999-2004 ke 2004-2009. "Kasus SPBU Jenggala tidak akan terjadi lagi," kata Amrullah. Sumber kuat lain di DPRD bahkan mengungkap, lobi-lobi kepada dewan ini sudah sampai di tingkat pimpinan dewan. Ada pejabat eksekutif yang menawarkan pertemuan khusus untuk membahas kasus SPBU itu di luar rapat resmi DPRD. Namun, pimpinan dewan ternyata juga sepakat menolak lobi-lobi itu. "Target dewan jelas. Kalau SPBU di dekat Polda Jatim saja bisa tutup, mengapa SPBU Jalam Pahlawan yang belum berdiri tidak bisa direlokasi," ujar dia. Ketua Komisi A Ahmad Ali Fauzan memastikan bahwa pertemuan komisinya dengan instansi terkait perizinan hari ini bakal penuh kritik tajam. Bahkan, pertemuan ini tidak hanya menyangkut kasus SPBU, tetapi kasus-kasus lain menyangkut perizinan. "Lihat saja nanti (hari ini)," janjinya. Namun, Kepala DPPM Didik Setyono juga membantah ada lobi-lobi khusus instansi di Pemkab Sidoarjo ke DPRD. Didik menyatakan akan menghadiri rapat di DPRD, tidak ada rapat di luar DPRD. "Tidak ada. Saya pastikan tidak ada," ujarnya. Seperti pernah diberitakan, DPRD Sidoarjo mengancam menginterpelasi dan membentuk panitia khusus membahas berbagai pelanggaran prosedur perizinan di Pemkab Sidoarjo. Pemicunya, kasus pendirian SPBU Jl Pahlawan yang dinilai banyak menyimpang. Misalnya, izin gangguan (HO) yang hanya ditandatangani 13 orang. Padahal, menurut SK Bupati No 30/2002, seharusnya yang bertanda tangan itu sekitar (radius 200 m). (roz)

APBD 2005 Sisa Rp 125 M

Jawa Pos, Senin, 01 Mei 2006

PAN Puji, PKS Kritik LPKJ Win-Saiful SIDOARJO - Sama-sama mendukung pasangan Win Hendrarso-Saiful Illah dalam pilkada 2005, PKS dan PAN berlawanan sikap menilai kinerja Win-Saiful. PAN cenderung memuji Win-Saiful, sedangkan PKS mengkritik laporan keterangan pertanggungjawaban (LKPJ) 2005 yang sedang dibahas DPRD. Salah satu perbedaan sikap itu terlihat dalam menyikapi sisa anggaran pada pelaksanaan APBD 2005. Menurut anggota dewan asal PKS (dapil Sidoarjo-Candi) Helmy Musa, ada sisa anggaran Rp 125 miliar dari APBD 2005. PKS berpendapat, sisa anggaran sebanyak itu menunjukkan dua hal. Pertama, patokan target pendapatan yang terlalu rendah dan tidak sesuai dengan potensi sebenarnya. Kedua, perencanaan yang tidak visible sehingga program tidak berjalan. Helmy berpendapat, sisa anggaran itu terlalu besar dan cenderung tidak efektif dari segi perencanaan. Jika dilihat dari kekuatan APBD 2005 yang sekitar Rp 700 miliar, sisa anggaran mencapai 17 persen. "Kalau perencanaan lebih bagus, seharusnya sisa anggaran tidak sebesar itu," jelasnya. Yang memprihatinkan, salah satu contoh anggaran yang tidak terlaksana ialah anggaran pendidikan untuk siswa miskin Rp 3,2 miliar. Anggaran itu ternyata tidak digunakan dan kembali ke kas daerah karena lupa diusulkan. Pada saat yang sama, pos-pos lain sebenarnya sangat membutuhkan dukungan anggaran. Sebut saja kebutuhan mobil pemadam kebakaran (PMK). "Sampai sekarang, PMK tetap kekurangan mobil," tambahnya. Namun, anggota dewan asal PAN Eko Suparno berpendapat sebaliknya. Menurut anggota dewan asal daerah pemilihan Waru-Taman itu, sisa anggaran Rp 125 miliar menunjukkan keberhasilan kinerja Win-Saiful selama 2005. Eko menyebut, kinerja duet Win-Saiful berhasil mendongkrak target pendapatan dan menghemat anggaran belanja. Dia menambahkan, sisa anggaran Rp 76 miliar merupakan pelampauan target pendapatan, sedangkan Rp 50 miliar merupakan hasil penghematan belanja. "Keberhasilan itu layak diapresiasi," tuturnya. LSM Center for Participatory and Development (Cepad) Sidoarjo mencatat, sisa anggaran yang terlalu besar, Rp 125 miliar, merupakan akibat patokan target pendapatan yang terlalu rendah. Pos pendapatan yang dianggarkan terlalu kecil. Pada APBD 2005 sebelum PAK, target pendapatan hanya dipatok Rp 616 miliar. Namun, pada 2006, target pendapatan Rp 814 miliar. Ada selisih sekitar Rp 200 miliar. "Itu berarti patokan target pendapatan 2005 cenderung main-main," ujar Koordinator Cepad Sidoarjo Kasmuin. Dari sisi belanja, Kasmuin juga menilai sisa anggaran Rp 50 miliar merupakan perencanaan yang tidak bagus. Sebab, sisa anggaran itu sangat diragukan sebagai hasil penghematan anggaran belanja. "Apakah itu bukan akibat penggelembungan anggaran belanja yang terlalu besar sehingga malah tersisa," ujarnya. (roz)

 
Copyright  © 2007 | Design by uniQue             Icon from : FamFamFam             Powered by Powered By Blogger