Jawa Pos, Senin, 01 Mei 2006
PAN Puji, PKS Kritik LPKJ Win-Saiful SIDOARJO - Sama-sama mendukung pasangan Win Hendrarso-Saiful Illah dalam pilkada 2005, PKS dan PAN berlawanan sikap menilai kinerja Win-Saiful. PAN cenderung memuji Win-Saiful, sedangkan PKS mengkritik laporan keterangan pertanggungjawaban (LKPJ) 2005 yang sedang dibahas DPRD. Salah satu perbedaan sikap itu terlihat dalam menyikapi sisa anggaran pada pelaksanaan APBD 2005. Menurut anggota dewan asal PKS (dapil Sidoarjo-Candi) Helmy Musa, ada sisa anggaran Rp 125 miliar dari APBD 2005. PKS berpendapat, sisa anggaran sebanyak itu menunjukkan dua hal. Pertama, patokan target pendapatan yang terlalu rendah dan tidak sesuai dengan potensi sebenarnya. Kedua, perencanaan yang tidak visible sehingga program tidak berjalan. Helmy berpendapat, sisa anggaran itu terlalu besar dan cenderung tidak efektif dari segi perencanaan. Jika dilihat dari kekuatan APBD 2005 yang sekitar Rp 700 miliar, sisa anggaran mencapai 17 persen. "Kalau perencanaan lebih bagus, seharusnya sisa anggaran tidak sebesar itu," jelasnya. Yang memprihatinkan, salah satu contoh anggaran yang tidak terlaksana ialah anggaran pendidikan untuk siswa miskin Rp 3,2 miliar. Anggaran itu ternyata tidak digunakan dan kembali ke kas daerah karena lupa diusulkan. Pada saat yang sama, pos-pos lain sebenarnya sangat membutuhkan dukungan anggaran. Sebut saja kebutuhan mobil pemadam kebakaran (PMK). "Sampai sekarang, PMK tetap kekurangan mobil," tambahnya. Namun, anggota dewan asal PAN Eko Suparno berpendapat sebaliknya. Menurut anggota dewan asal daerah pemilihan Waru-Taman itu, sisa anggaran Rp 125 miliar menunjukkan keberhasilan kinerja Win-Saiful selama 2005. Eko menyebut, kinerja duet Win-Saiful berhasil mendongkrak target pendapatan dan menghemat anggaran belanja. Dia menambahkan, sisa anggaran Rp 76 miliar merupakan pelampauan target pendapatan, sedangkan Rp 50 miliar merupakan hasil penghematan belanja. "Keberhasilan itu layak diapresiasi," tuturnya. LSM Center for Participatory and Development (Cepad) Sidoarjo mencatat, sisa anggaran yang terlalu besar, Rp 125 miliar, merupakan akibat patokan target pendapatan yang terlalu rendah. Pos pendapatan yang dianggarkan terlalu kecil. Pada APBD 2005 sebelum PAK, target pendapatan hanya dipatok Rp 616 miliar. Namun, pada 2006, target pendapatan Rp 814 miliar. Ada selisih sekitar Rp 200 miliar. "Itu berarti patokan target pendapatan 2005 cenderung main-main," ujar Koordinator Cepad Sidoarjo Kasmuin. Dari sisi belanja, Kasmuin juga menilai sisa anggaran Rp 50 miliar merupakan perencanaan yang tidak bagus. Sebab, sisa anggaran itu sangat diragukan sebagai hasil penghematan anggaran belanja. "Apakah itu bukan akibat penggelembungan anggaran belanja yang terlalu besar sehingga malah tersisa," ujarnya. (roz)
0 comments:
Post a Comment