Kesimpulan Kualitatif Pokja
Tidak Sehat, Lingkungan Sekitar Banjir Lumpur
ssnet| Kualitas lingkungan dari evaluasi yang dilakukan Pokja Pengelolaan Air dan Lumpur menunjukkan bahwa lumpur, air sumur dangkal, air saluran/sungai, dan udara di sekitar banjir lumpur tidak sehat untuk manusia. Hasil evaluasi ini dipaparkan oleh GEMPUR ADNAN Deputi Menteri Lingkungan Hidup Bidang Pengendalian Pencemaran dalam rapat koordinasi di Pendopo Kabupaten Sidoarjo, Jumat (30/06).
Sample lumpur solid (padat) dan liquid (cair) secara kualitatif, kata ADNAN menunjukkan adanya kadar hidrokarbon. Konsentrasi TSS, TDS, BOD, COD & phenol ternyata melebihi Baku Mutu yang ditetapkan dalam Kep.Gub no. 45/2002.
Untuk ini Pokja merekomendasikan masyarakat jangan bersentuhan secara langsung dengan lumpur, petugas lapangan juga wajib menggunakan masker gas, kaca mata (Googles), sarung tangan, baju lengan panjang.
Air sumur pun dipantau mengandung konsentrasi TDS, Fe, Mn & Cl– di Balongkenongo dan Siring melebihi Baku Mutu Air Bersih berdasar PerMENKES No. 416/1990. “Kita harap masyarakat tidak mengkonsumsi air sumur pada daerah pemukiman yang tergenang lumpur sebagai bahan baku air minum dan keperluan memasak,” kata GEMPUR.
Pada pemantauan air saluran dan sungai sekitar, Pokja menemukan adanya konsentrasi TSS, TDS, BOD, COD, Cr6+, dan Phenol melebihi Baku Mutu Sungai berdasar PP. No. 82 /2001. “Kami merekomendasikan adanya pengendalian jaringan irigasi agar pencemaran tidak meluas. Selain itu perlu disediakan suplesi air dari pompa air tanah dan air saluran atau sungai yang belum tercemar,” ungkapnya.
Mengenai kualitas udara ambient, diakui GEMPUR ada konsentrasi NH3 & SO2 di Desa Kedungbendo melebihi Baku Mutu Udara Ambient yang tertuang dalam Kep. Gub. No. 129 /1996. Untuk ini, pokja menyarankan warga untuk yidak mendekati lokasi sumber lumpur dan apabila harus mendekati diharuskan menggunakan masker gas.
“Harap dicatat juga bahwa ini adalah evaluasi yang bersifat kualitatif. Hasil evaluasi kuantitatif terhadap sample-sample yang kita teliti belum rampung. Dari hasil kuantitatif itu, kita bisa mengetahui persis derajat cemaran lebih valid. Untuk ini memang sudah ada banyak lembaga yang melakukan penelitian di berbagai titik. Agar tidak simpang siur, koordinasi kita lakukan di bawah Bapedalda Jatim,” tukas GEMPUR.
Tidak Sehat, Lingkungan Sekitar Banjir Lumpur
ssnet| Kualitas lingkungan dari evaluasi yang dilakukan Pokja Pengelolaan Air dan Lumpur menunjukkan bahwa lumpur, air sumur dangkal, air saluran/sungai, dan udara di sekitar banjir lumpur tidak sehat untuk manusia. Hasil evaluasi ini dipaparkan oleh GEMPUR ADNAN Deputi Menteri Lingkungan Hidup Bidang Pengendalian Pencemaran dalam rapat koordinasi di Pendopo Kabupaten Sidoarjo, Jumat (30/06).
Sample lumpur solid (padat) dan liquid (cair) secara kualitatif, kata ADNAN menunjukkan adanya kadar hidrokarbon. Konsentrasi TSS, TDS, BOD, COD & phenol ternyata melebihi Baku Mutu yang ditetapkan dalam Kep.Gub no. 45/2002.
Untuk ini Pokja merekomendasikan masyarakat jangan bersentuhan secara langsung dengan lumpur, petugas lapangan juga wajib menggunakan masker gas, kaca mata (Googles), sarung tangan, baju lengan panjang.
Air sumur pun dipantau mengandung konsentrasi TDS, Fe, Mn & Cl– di Balongkenongo dan Siring melebihi Baku Mutu Air Bersih berdasar PerMENKES No. 416/1990. “Kita harap masyarakat tidak mengkonsumsi air sumur pada daerah pemukiman yang tergenang lumpur sebagai bahan baku air minum dan keperluan memasak,” kata GEMPUR.
Pada pemantauan air saluran dan sungai sekitar, Pokja menemukan adanya konsentrasi TSS, TDS, BOD, COD, Cr6+, dan Phenol melebihi Baku Mutu Sungai berdasar PP. No. 82 /2001. “Kami merekomendasikan adanya pengendalian jaringan irigasi agar pencemaran tidak meluas. Selain itu perlu disediakan suplesi air dari pompa air tanah dan air saluran atau sungai yang belum tercemar,” ungkapnya.
Mengenai kualitas udara ambient, diakui GEMPUR ada konsentrasi NH3 & SO2 di Desa Kedungbendo melebihi Baku Mutu Udara Ambient yang tertuang dalam Kep. Gub. No. 129 /1996. Untuk ini, pokja menyarankan warga untuk yidak mendekati lokasi sumber lumpur dan apabila harus mendekati diharuskan menggunakan masker gas.
“Harap dicatat juga bahwa ini adalah evaluasi yang bersifat kualitatif. Hasil evaluasi kuantitatif terhadap sample-sample yang kita teliti belum rampung. Dari hasil kuantitatif itu, kita bisa mengetahui persis derajat cemaran lebih valid. Untuk ini memang sudah ada banyak lembaga yang melakukan penelitian di berbagai titik. Agar tidak simpang siur, koordinasi kita lakukan di bawah Bapedalda Jatim,” tukas GEMPUR.
0 comments:
Post a Comment