Sabtu, 28 Okt 2006
SIDOARJO - Jawa Pos. Dampak luapan lumpur Lapindo dan Lebaran benar-benar telah mengalihkan perhatian publik terhadap polah anggota DPRD Sidoarjo. Para anggota dewan itu seakan lepas dari sorotan sehingga bebas berulah.
Belum lama ini mereka telah bancakan uang yang ditengarai sebagai uang gedok PAK (Perubahan Anggaran dan Kegiatan) APBD 2006. Peristiwanya berlangsung sehari sebelum penggedokan PAK yang dilaksanakan Jumat pekan lalu (20/10).
Itu terungkap dari penuturan seorang pegawai Sekretariat DPRD (Setwan) Sidoarjo yang minta identitasnya dirahasiakan. "Saya lihat, uangnya dibagi Kamis (19/10). Satu orang dapat Rp 5 jutaan. Nggak jelas uang apa, mungkin uang gedok PAK," bebernya.
Sumber itu menambahkan, modus pembagian uang tersebut mirip yang dilakukan Utsman Ihsan, mantan ketua DPRD Sidoarjo (1999-2004), dalam kasus korupsi anggaran dewan senilai Rp 21,9 miliar.
Setiap anggota dewan diberi tahu ada jatah uang dari ketua dewan. Tanpa ada penjelasan terinci, itu uang apa dan berasal dari mana. "Setelah diberi tahu ada uang dari ketua dewan, masing-masing anggota dewan mengambil jatahnya di bagian keuangan sekretariat dewan," tutur sumber tersebut.
Tak hanya itu, anggota dewan yang juga duduk sebagai anggota panggar (panitia anggaran) dan panmus (panitia musyawarah) mendapatkan jatah tambahan tersendiri. Namun, tak diketahui berapa nominalnya.
"Saya nggak tahu berapa yang mereka terima. Sebab, mereka mengambil di ruangan wakil ketua dewan, Pak Jalaluddin Alham," imbuhnya.
Sayang, sulit untuk menyelidiki apakah yang dilakukan para anggota dewan itu termasuk praktik korupsi atau bukan. Sebab, para anggota dewan itu segera menghapus jejak. "Struk bukti pembayaran uang yang mereka terima langsung disobek," beber sumber di setwan itu.
Kepada sejumlah wartawan, seorang anggota DPRD Sidoarjo periode 2004-2009 mengakui telah menerima uang gedok PAK itu dari Ketua Dewan Arly Fauzi. "Yang saya terima cuma Rp 5 juta. Terus dapat tambahan Rp 1 juta dari Pak Arly sebelum Lebaran," tuturnya.
Namun, Arly membantah semua isu miring itu. Walaupun dia mengakui telah bagi-bagi uang sehari sebelum penggedokan PAK. Demikian pula yang dikatakan Jalaluddin Alham. "Kalau saya bagi-bagi duit, itu uang dari mana. Nggak benar itu. Saya cuma bagi-bagi kain bahan untuk baju Lebaran. Semua anggota dewan dapat, termasuk pegawai dan staf setwan," elaknya. (sat)
SIDOARJO - Jawa Pos. Dampak luapan lumpur Lapindo dan Lebaran benar-benar telah mengalihkan perhatian publik terhadap polah anggota DPRD Sidoarjo. Para anggota dewan itu seakan lepas dari sorotan sehingga bebas berulah.
Belum lama ini mereka telah bancakan uang yang ditengarai sebagai uang gedok PAK (Perubahan Anggaran dan Kegiatan) APBD 2006. Peristiwanya berlangsung sehari sebelum penggedokan PAK yang dilaksanakan Jumat pekan lalu (20/10).
Itu terungkap dari penuturan seorang pegawai Sekretariat DPRD (Setwan) Sidoarjo yang minta identitasnya dirahasiakan. "Saya lihat, uangnya dibagi Kamis (19/10). Satu orang dapat Rp 5 jutaan. Nggak jelas uang apa, mungkin uang gedok PAK," bebernya.
Sumber itu menambahkan, modus pembagian uang tersebut mirip yang dilakukan Utsman Ihsan, mantan ketua DPRD Sidoarjo (1999-2004), dalam kasus korupsi anggaran dewan senilai Rp 21,9 miliar.
Setiap anggota dewan diberi tahu ada jatah uang dari ketua dewan. Tanpa ada penjelasan terinci, itu uang apa dan berasal dari mana. "Setelah diberi tahu ada uang dari ketua dewan, masing-masing anggota dewan mengambil jatahnya di bagian keuangan sekretariat dewan," tutur sumber tersebut.
Tak hanya itu, anggota dewan yang juga duduk sebagai anggota panggar (panitia anggaran) dan panmus (panitia musyawarah) mendapatkan jatah tambahan tersendiri. Namun, tak diketahui berapa nominalnya.
"Saya nggak tahu berapa yang mereka terima. Sebab, mereka mengambil di ruangan wakil ketua dewan, Pak Jalaluddin Alham," imbuhnya.
Sayang, sulit untuk menyelidiki apakah yang dilakukan para anggota dewan itu termasuk praktik korupsi atau bukan. Sebab, para anggota dewan itu segera menghapus jejak. "Struk bukti pembayaran uang yang mereka terima langsung disobek," beber sumber di setwan itu.
Kepada sejumlah wartawan, seorang anggota DPRD Sidoarjo periode 2004-2009 mengakui telah menerima uang gedok PAK itu dari Ketua Dewan Arly Fauzi. "Yang saya terima cuma Rp 5 juta. Terus dapat tambahan Rp 1 juta dari Pak Arly sebelum Lebaran," tuturnya.
Namun, Arly membantah semua isu miring itu. Walaupun dia mengakui telah bagi-bagi uang sehari sebelum penggedokan PAK. Demikian pula yang dikatakan Jalaluddin Alham. "Kalau saya bagi-bagi duit, itu uang dari mana. Nggak benar itu. Saya cuma bagi-bagi kain bahan untuk baju Lebaran. Semua anggota dewan dapat, termasuk pegawai dan staf setwan," elaknya. (sat)
0 comments:
Post a Comment