ssnet| 13 dari 23 eskavator untuk pengerjaan pembuatan tanggul pembendung lumpur Lapindo Brantas Inc mangkrak di posko TNI Kedungbendo.
SYAIFUL ILLAH yang juga koordinator posko satlak penanggulangan bencana lumpur Porong mengatakan, belasan eskavator ini awalnya akan dimanfaatkan untuk pembuatan kolam penampung lumpur (Pond) di Renokenongo, namun belakangan ada masalah terkait dengan tuntutan warga yang menolak untuk disewa dengan tarif panenan selama 2 tahun.
Warga, kata SYAIFUL ILLAH kepada RULLY, reporter Suara Surabaya, Minggu (02/07), meminta, kalau betul Lapindo akan membangun pond-pond dipersawahan milik mereka, maka persawahan itu harusnya dibeli. Hanya yang dijelaskan oleh SYAIFUL ILLAH, tarif yang diminta oleh warga untuk kompensasi terlalu mahal.
Warga meminta Rp 500.000.00 per meter, sedangkan Lapindo Brantas Inc mengaku tidak mampu membeli hingga harga Rp 500.000.00 per meternya.
SYAIFUL mengatakan, untuk NJOP kawasan persawahan di Desa Renokenongo yang rencananya akan dibangun pond D ini hanya kisaran Rp 60.000.00, karena itulah rencana membangun pond D di 2 Dusun di Desa Renokenongo, masing-masing di Dusun Wangkal dan Sengon inipun dibatalkan, dan belasan eskavator inipun ditarik ke posko TNI. [Audio On Demand]
SYAIFUL ILLAH mengatakan, selama ini Pemkab Sidoarjo dan Lapindo sudah mengupayakan pembangunan pond atau kolam penampung di beberapa desa, diantaranya di Renokenongo, Kedungbendo, Siring dan juga Jatirejo.
Untuk yang ada di Kedungbendo ataupun di Renokenongo ini, masing-masing disebut pond A, B, dan C, sementara yang ada di kelurahan Jatirejo dan Siring masing-masing disebut Pond 1,2 ,3, dan 4. Ini semua sudah selesai dikerjakan, hanya untuk pengembangan pond D masing-masing di 2 dusun yaitu Dusun Wangkal dan Dusun Sengon, Desa Renokenongo ini akhirnya dibatalkan.
Monday, July 03, 2006
Belasan Eskavator Diparkir Di Posko TNI
Posted by
CV Mandiri Sejahtera
at
10:04 AM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment